Kisah benar ini diceritakan oleh Habib Quraisy bin Qosim Baharun, ketika perjalanannya ke Yaman pada tahun 1996. Pesawat itu menuju ke Jordan dan transit semalaman disitu sebelum menuju ke Yaman.
Diantara penumpangnya Habib Quraisy dan ibu tua sekitar 65-70 tahun yang berjilbab duduk disebelahnya. “Dimana asal anda?” tanyanya dalam bahasa Arab yang fasih. Apabila mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia, dia lantas berbahasa Indonesia dan amat fasih pula. Ibu tua itu tersenyum bijak sambil berkata “Saya ‘Alhamdulillah’ menguasai sebelas bahasa dan 20 bahasa daerah”.
Ibu tua mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dgn indah dan mahir. Habib teruja atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an, “Apakah Ibunda HAFAL AL-QUR’AN ?” Beliau jawab “Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghafal Tafsir Jalalain dan saya sudah hafal”.
Tidak sampai disitu saja, Ibu tua itu melanjutkan bicaranya “Namun Al Qur’an harus bergandingan dengan hadis. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadis tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadis Bulughul Marom di dalam kepala”.
“Tetapi saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.
Ibu itu kembali bertutur “Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cenderung pada tasawuf sehingga saya pilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya. Kerana seringnya saya baca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di dalam kepala”.
Habib Quraisy terpesona melihat kehebatan dan luarbiasanya Ibu itu. Namun karena tidak percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencuba menguji kebenaran perkataannya. Apakah benar Ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Ia menguasai Tafsir Jalalain ttg asbabun-nuzul dan qaul Ibnu Abbas? Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata benar Ibu itu hafal Qur’an bahkan mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan tepat.
Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada dalam kitab Bulughul Maram Ibu tua itu pun menjelaskannya dgn cukup jelas.
Ketika Habib membahas tentang hadis Riyadhus Sholihin maka Ibu tua itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai penjelasan kitab hadis tsb.
Dan lagi beliau menjelaskan masalah psikologi hati berpandukan kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Habib hairan akan kehebatan Ibu tua itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pesawat telah mendarat di Jordan dan Habib membantu menurunkan 3 beg Ibu itu ke lantai pesawat. Subhaanallah… Saat Ibu itu menunduk untuk mengambil begnya ternyata keluar dari balik jilbabnya seutas kalung salib!
Seperti petir menyambar di siang hari, Habib Quraisy terkejut dan menunduk lemah. Ibu itu tersenyum, “Akan kujelaskan padamu nanti di hotel.”
Habib akan transit selama sehari di Jordan dan begitu juga Ibu Tua itu. Ibu tua itu berjanji bertemu di restoran hotel itu.
Keduanya akhirnya bertemu. Kepada Habib Quraisy beliau berkata, “Saya bukan orang Kristian, dan mengapa saya keluar dari Kristian?… karena saya menganggap Kristian itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristian, tapi kalung ini pemberian ibu saya yang telah meninggal”.
Beliau memberitahu bahawa telah mempelajari agama Kristian, Hindu juga Islam. Ia mengungkap tertariknya kepada keagungan yang ada di balik wahyu Allah SWT dan hadits Nabi Muhammad SAW.
“Ibu apa agamanya sekarang ?” Habib bertanya. Dia katakan “Saya tidak beragama”. "Andai Ibu masuk Islam, begitu baca syahadat, ibu akan langsung dapat gelaran ulama”. Karena demikian luas ilmu yang dimiliki kata Habib. la menjawab,
“MUNGKIN KARENA SAYA BELUM MENDAPAT HIDAYAH DARI ALLAH”
Habib Quraisy menitiskan airmata bersyukur kpd Allah SWT, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an, hadis dan lainnya belum Allah izinkan untuk beriman kepada-NYA.
Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah SWT untuk jadi seorang muslim. Demikianlah kisah ajaib ini. Semoga dapat diambil iktibar betapa bersyukur kita dianugrahi iman dan semakin bertambah kuat sampai ajal menjemput, sehingga kita termasuk orang yang husnul khotimah.
Ibu tua itu bernama ANN MARIE SCHIMMEL, ahli terkemuka dalam kesusasteraan Islam, budaya islam, tamadun islam, tasawuf dan teologi. Beliau seorang warganegara Jerman dan menjadi professor di 3 universiti terkenal, di Jerman (Universiti Marburg), Amerika Syarikat (Universiti Harvard) dan Turki (Universiti Ankara). Beliau dikatakan memiliki ingatan fotografi dan berkebolehan menghafal apa sahaja. Beliau meninggal dunia tahun 2003 pada usia 80. Entah bagaimana tentang keimanannya di akhir hidupnya. Ada yang tahu??
BETAPA MAHALNYA HIDAYAH.
SETINGGI-TINGGINYA ILMU,
SELUAS-LUASNYA PENGETAHUAN,
SEDALAM-DALAMNYA PEMIKIRAN, DAN
SEKUAT-KUATNYA HAFALAN AL-QUR’AN 30 JUZ DAN HADlS
TIDAKLAH MAMPU MENGGAPAI HIDAYAH.
KERANA HIDAYAH DATANGNYA DARI RAHMAT ALLAH.
SEBAGAIMANA SEORANG HAMBA MASUK SHURGA KARENA RAHMATNYA.
☄
Diceritakan oleh Habib Quraisy bin Qosim Baharun seorang tokoh agama berasal dari Cirebon, Jawa, Indonesia.
Rencana ini asalnya berbahasa Indonesia dan diolah ke dalam bahasa Malaysia oleh FBA.
---
Ps : Nilai hidayah bkn sekadar boleh diukur dgn ketinggian atau kehebatan hafalan di dada, tetapi melalui penghayatan dan amalan seseorang itu terhadap ilmu yang dipelajari.
Moga dosa dosa lalu yg kita lakukan tidak menjadi hijab untuk kita mendapat anugerah hidayah ALLAH SWT hingga nafas yang terakhir..
Mohon share dan halalkn setiap artikel min,,,
ReplyDelete